Data Mencerdaskan Bangsa




"Kendari Pos, 4 Februari 2019 (diterbitkan)

        Potret dari sebuah fakta, demikian data memberikan maknanya. Bagaimana dengan sekitar kita? Sudahkah sejalan antara data dan realita? Satu hal yang tidak boleh kita lupa, bahwa data yang tersaji tidak muncul seketika. Ada banyak orang yang terlibat di dalamnya. Interaksi antara pencari data dan penyedia informasi adalah salah satu kuncinya.

Berkaca pada situasi yang seringkali kita jumpai, pro dan kontra cenderung sahut menyahut setiap kali data strategis diluncurkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), satu-satunya lembaga yang diberi mandat oleh undang-undang dalam hal penyediaan data statistik nasional. Ditambah lagi momen politik yang semakin menguat, BPS menjadi lembaga yang diharapkan objektivitasnya dalam penyediaan data.

Apa yang diperoleh petugas dan apa yang diperoleh masyarakat sebagai pemberi data? Bagi petugas, hal ini adalah bagian dari amanah yang ia pikul. Ibarat seorang fotografer, ia hanya bertugas menata sedemikian rupa, mengerahkan segala skill yang ia punya, selebihnya hasil jepretan bergantung pada objeknya.

Bagaimana dengan pemberi data? Akurasi dari setiap informasi yang diberikan akan menjadi kunci bagi pengambil kebijakan dalam menjalankan tugasnya. Hingga saat ini, edukasi mengenai peran penting data terhadap kesejahteraan masyarakat masih tergolong minim. Terlihat jelas ketika petugas pencari data tiba di rumah-rumah warga. Untuk daerah perkotaan pada umumnya, penolakan dari masyarakat untuk diwawancara masih sering dijumpai. Dengan alasan berbagai kesibukan maupun hanya sekedar ‘malas menanggapi’.

Berbeda tantangan yang dihadapi di wilayah perdesaan. Setiap pendataan yang dilakukan seringkali masyarakat melekatkannya dengan bantuan sosial. Tak jarang kebiasaan ‘merendah’ menjadi umum dilakukan.

Permasalahan dalam perolehan data, baik di perkotaan maupun perdesaan jika masih berlanjut demikian, maka setiap kita bisa menilai bagaimana relevansi antara data dan realita itu sesungguhnya.

Pada zaman yang serba terukur saat ini, membangun tanpa data hampir mustahil dilakukan. Jika setiap kebijakan pemerintah didasarkan pada data, maka data yang akurat menjadi sebuah keharusan jika semua kita sepakat menginginkan langkah pembangunan yang tepat.

‘Anda Tercatat, Data Akurat’, demikian penyelenggara kegiatan statistik mengajak peran serta para informannya dalam sebuah ajang ‘fotografi’ besar-besaran yang akan diselenggarakan tahun depan, yaitu Sensus Penduduk.  Mereka sudah bersiap dengan segala amunisinya bahkan jauh sebelum proyek nasional ini diselenggarakan.

Kini, amunisi apa yang perlu dipersiapkan oleh masyarakat sebagai objeknya? Sederhana saja, bersikaplah apa adanya, tak perlu merendah ataupun menjadi menor. Karena tampil natural itu lebih baik bukan? Tidak menolak untuk diwawancarai adalah bentuk peduli kita terhadap kemajuan bangsa.

Kemajuan bersama Data

                Saat data mampu menyuara, pembangunan hingga ke pelosok desa itu akan nyata. Karena sejatinya data akan memandu setiap langkah para pemangku kebijakannya. Dalam kondisi ideal, saat seluruh pihak mampu menjaga amanah yang dipangku dipundaknya, kemajuan akan menjadi realita. Lantas, apa peran kita? Sangat sederhana, bertahanlah dengan amanah masing-masing.

                Pendataan potensi desa misalnya. Setiap kepala desa beserta aparat desa menjadi informannya. Akurasi data yang diberikan akan melahirkan banyak indikator acuan pembangunan nasional hingga ke level desa. Contohnya, Indeks Kesulitan Geografis (IKG), Indeks Desa Membangun (IDM), dan Indeks Pembangunan Desa (IPD).

                Ini baru untuk satu kegiatan pendataan. Contoh lainnya adalah kegiatan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), yang bertujuan untuk menyediakan data pokok ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Angka pengangguran misalnya, pada agustus 2018 lalu tercatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sultra sebesar 3,26 persen.

 Dan masih ada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Apa yang dihasilkan dari kegiatan ini? Masih ingatkah kita dengan data kemiskinan? Setiap data ini diluncurkan, pro kontra langsung bermunculan di seluruh media. Data mutakhir terkait kemiskinan di Sultra adalah persentase penduduk miskin pada September 2018 lalu yaitu sebesar 11,32 persen.

Angka statistik memang selalu mengundang banyak opini, mungkin menjadi salah satu sensasinya bergelut dibidang ini. Sebagai fotografer tentu memerlukan marketing skill yang bagus dalam menjajakan hasil jepretannya. Seberapapun jernih dan tingginya kualitas gambar yang dihasilkan, tetap saja tidak semua masyarakat dapat memaknai esensi estetikanya dengan tepat. Hal ini akan menjadi tantangan bagi seluruh pejuang data-data itu.

                Dari sekian banyak indikator statistik yang dihasilkan, penyelenggara berpihak kepada siapa? Bagi Badan Pusat Statistik (BPS), sebagai lembaga non kementrian yang diberi mandat langsung oleh Undang-Undang untuk menjalankan fungsinya dalam penyediaan kebutuhan statistik nasional, keberpihakan tidak akan memengaruhi posisinya.

Kepala BPS, Suharyanto menjamin bahwa Independensi BPS adalah harga mati. Jika independensi ini sudah hilang, hilang pulalah seluruh arti dari peluh, lelah, dan pengorbanan dari puluhan ribu pejuang data yang berada di dalamnya. Lebih luas dari itu, taruhannya adalah reputasi. Karena kinerja BPS diawasi secara nasional dan Internasional. Komisi Statistik PBB pun bisa memberikan ponten merah jika data yang dihasilkan tidak akurat akibat penyelenggaraan kegiatan statistik yang mendapatkan intervensi.

Bagaimana prestasi memainkan peran?

Kita yang dicipta dengan kemampuan dinamis, selalu memiliki keinginan untuk melangkah dari kemunduran hingga kemajuan, dari yang sudah maju hingga terus memicu percepatan. Berkaca dari bangsa sendiri, perjuangan terus dilakukan sejak Indonesia belum merdeka, hingga kemerdekaan dapat direbut dari para penjajah. Setelah merdeka, cukupkah sampai disitu? Tentu tidak. Buktinya hingga saat ini pemerintah terus menyiapkan program-program andalannya guna mendukung kesejahteraan bangsanya.

Demikian halnya orang perorang. Kekuatan semacam itu lahir berkat berkumpulnya orang-orang yang memiliki satu visi yang menginginkan kemajuan. Menelisik dari langkah demi langkah yang dilakukan, memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa ‘merdeka’ yang sesungguhnya hanya mampu kita raih dengan perjuangan tanpa henti.

Pada tahun 2019 ini, pemerintah akan menfokuskan pembangunan pada Sumber Daya Manusia (SDM), termasuk mencerdaskan bangsa. Indikator kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak merupakan alat ukur utamannya. Data akan menjadi bahan evaluasi, sebagai dasar pengembangan inovasi guna memicu peningkatan prestasi demi prestasi yang membanggakan kedepannya.

Data menjadi kunci dalam meraih dan meningkatkan prestasi. Kemampuan petugas ‘fotografi’ dan keakuratan informasi dari masyarakat sebagai informannya merupakan dua hal penentu arah kualitas masa depan bangsa. Jadi, masih belum yakin kalau data itu mencerdaskan bangsa? Jika memerlukan penjelasan yang lebih mantap, pengguna data bisa berkunjung ke Pelayanan Statistik Terpadu (PST) yang tersedia di BPS terdekat dan memanfaatkan layanan konsultasi statistik yang disediakan. Layanan prima akan terbuka untuk seluruh konsumen data

 

Komentar