Mewaspadai Stagflasi

 




(sumber gambar: google)

Perekonomian yang mandek, permintaan barang dan jasa yang menurun, aktivitas sektor produksi yang melemah, saat itu lah terjadi stagnasi. Ketika harga-harga terus menanjak naik atau bahkan mencapai titik yang sangat rendah, inilah yang disebut inflasi tak terkendali. Stagnasi-inflasi atau lebih ringkas disebut stagflasi benar-benar harus diwaspadai. Mengingat gejolak ekonomi yang terjadi masa pandemi belakangan ini. Tak hanya ekonomi regional, nasional hingga internasional pun terdampak oleh Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) ini.

Bulan ini Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara merilis angka inflasi Kota Kendari kondisi mei 2020 yaitu 0,31 persen. Angka ini bagaikan angin segar bagi pergerakan ekonomi regional. Pasalnya data menunjukkan adanya peningkatan pergerakan ekonomi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bahkan nilai inflasi menyentuh nilai minus 0,05 persen. Pergerakan harga cukup terlihat saat mendekati Hari Raya Idul Fitri 1441 H.

Namun demikian, harus kita akui bahwa gairah ekonomi ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal tanpa pandemi pada Hari Raya Idul Fitri 1440 H lalu, yang bertepatan dengan bulan Juni 2019. Angka inflasi saat itu mencapai 2,55 persen. Terlihat adanya indikasi kelesuan ekonomi di momen hari raya tahun ini.

Inflasi yang tidak terkendali menjadi kewaspadaan tersendiri bagi pemerintah. Tentu fenomena ini sudah menjadi perhatian khusus dalam merencanakan program-program pemulihan ekonomi masyarakat khususnya di Sulawesi Tenggara. Dampak ikutan yang perlu dikawal ketat dari pergerakan ekonomi yang melambat diantaranya adalah angka pengangguran dan jumlah kemiskinan. Jika kedua indikator tersebut turut meningkat tajam, maka tak lagi sekedar waspada, status siaga bahkan awas akan menjadi ketakutan berkelanjutan untuk kita semua.

Stagflasi akan terjadi ketika pergerakan ekonomi mandek, pertumbuhan ekonomi terus menurun, angka pengangguran melonjak tinggi dan jumlah kemiskinan meningkat tajam. Tentu kita tidak berharap menghadapi krisis ekonomi lagi untuk kesekian kalinya.

Memastikan aktivitas ekonomi terus berlanjut adalah misi utama yang disandarkan pemerintah pada kebijakan Normal Baru yang saat ini diterapkan. Sudah saatnya aktivitas produksi kembali didorong pergerakannya.

Selain itu, Kekuatan solidaritas masyarakat sedang diuji. Beragam bentuk donasi dikumpulkan oleh berbagai kalangan untuk disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan. Selain bantuan berupa APD beserta perangkatnya untuk tenaga medis, paket sembako untuk masyarakat juga sudah disalurkan dari berbagai sumber seperti pemerintah, BUMN, maupun swasta.

Dari sisi demand, pemerintah terus berusaha meningkatkan daya beli masyarakat, salah satunya dengan menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) baik itu dari pemerintah pusat maupun daerah. BLT  dana desa sudah disalurkan Kepala Keluarga Miskin (KPM) selama tiga bulan terhitung mulai April lalu dan diperpanjang untuk tiga bulan berikutnya hingga September 2020.

Waspada Pengangguran

Agar bergeraknya perekonomian di suatu wilayah, sisi demand dan supply mestilah seimbang. Sumber daya dari sisi permintaan maupun penawaran harus tersedia untuk menjamin transaksi ekonomi dapat berjalan dengan baik. Melambatnya aktivitas produksi setidaknya dalam dua bulan terakhir ini perlu pemulihan sesegera mungkin. Sumber pendapatan mesti dibuka kembali. Daya beli masyarakat harus mampu mendorong permintaan barang dan jasa, demikianlah seharusnya aktivitas ekonomi bekerja.

Menghindari bertambahnya angka pengangguran adalah prioritas. Banyaknya lulusan SMA/SMK sederajat dan sarjana yang lulus tahun ini menjadi peluang sekaligus tantangan. Mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat tanpa harus menunggu pengumuman pembukaan lowongan kerja adalah pejuang yang sesungguhnya.

Menciptakan sektor produksi baru, dengan ide dan inovasi yang baru, penguasaan teknologi yang tentunya lebih mumpuni, semangat pemuda yang masih kuat menyala akan menjadi modal utama. Sudah bukan saatnya lagi penambahan jumlah sarjana ikut mendongkrak naik angka pengangguran. Kita harus mampu menunjukkan bahwa pemuda kita memang berdaya.

Hasil dari stimulus para pemuda yang masuk ke dalam dunia karya cipta akan kita lihat dampaknya beberapa waktu ke depan. Sebagaimana biasanya, BPS merilis angka pengangguran tingkat provinsi pada bulan Mei dan November setiap tahunnya. Bulan mei lalu dirilis, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara kondisi februari 3,17 persen atau naik 0,21 persen dibandingkan februari 2019.

Bagaimana dengan TPT selanjutnya? Adalah bergantung pada tindakan yang kita ambil saat ini. Memilih menyerah dengan keadaan atau berjuang dengan segenap kemampuan. Upaya memajukan ekonomi bukan hanya milik pemerintah, tapi milik kita semua.

Waspada Kemiskinan

             Satu hal lagi yang perlu menjadi kewaspadaan pada kondisi saat ini adalah angka kemiskinan. Kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan perlu diperhatikan.

Aktivitas ekonomi yang tidak lagi lesu, serta angka pengangguran yang menurun akan mendorong jumlah kemiskinan turut mengecil. Indikator ini berperan signifikan dalam lingkar aktivitas ekonomi, karena daya beli masyarakat merupakan katrol yang akan menggerakkan perekonomian di suatu wilayah.

Stagflasi adalah kondisi yang sama-sama tidak kita harapkan. Masih ada peluang untuk mencegah kondisi demikian terjadi di negara kita. Saling peduli dan bersinergi bisa dimulai dari lingkup terkecil di sekitar kita. Tidak perlu muluk-muluk, dimulai dari belanja di warung tetangga sekitar tempat tinggal misalnya. Meskipun tak seketika bisa meningkatkan daya beli mereka yang berkekurangan, setidaknya membantu yang kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya adalah bentuk empati yang semua kita bisa lakukan.

Komentar